5 April 2015

Mengatasi Depresi Lansia Akibat Kematian Pasangan


Mengatasi Depresi Lansia Akibat Kematian Pasangan

Di tiap-tiap tahapan umur, kematian orang terdekat pada kebanyakan bakal menghasilkan duka cita mendalam terhadap diri individu yang ditinggalkan. Duka cita yang berkepanjangan akan berujung kepada kemunculan depresi.

Depresi sendiri mempunyai bermacam macam ciri-ciri, yang bakal berbeda terhadap tiap individu, serta bisa juga khas bergantung kepada pencetus depresi itu sendiri. Ditinggalkan oleh pasangan akibat dari kematian banyak dialami oleh individu tua (lansia), & banyak dari mereka yang mengalami depresi karenanya.

Sebuah penelitian menyangkut duka kematian terhadap lansia & depresi yang dipublikasikan pada thn 2015 di Journal of Abnormal Psychology berjudul “From Loss to Loneliness : The Relationship Between Bereavement and Depressive Symptoms” mengkaji resiko dari kematian pasangan pada kemunculan gejala depresi dengan membandingkan tingkat depresi kepada lansia yang telah ditinggal wafat oleh pasangannya di umur lanjut dengan lansia yang tetap mempunyai pasangan.

Seperti dapat diduga, hasil penelitian tersebut menyebut bahwa jikalau di bandingkan dengan lansia yang masih memiliki pasangan, group lansia yang sudah kehilangan pasangan akibat kematian menunjukkan gejala depresi lebih banyak dengan level yang lebih tinggi. Mereka yang sudah ditinggal oleh pasangannya serta menunjukkan tingkat kebahagiaan yang lebih rendah & mereka pun lebih tak bisa menikmati hidup.

Kajian lanjutan yang menarik dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa duka cita sepeninggal pasangan, utamanya bakal menimbulkan gejala depresi berupa perasaan kesepian. Selanjutnya, perasaan kesepian ini baru menjalar mengaktifkan gejala-gejala depresi lainnya.

Temuan ini perlu mendapat perhatian dikarenakan akan memberikan arahan penanganan yang sesuai sasaran bagi para lansia tersebut, yakni langsung kepada gejala kesepian terlebih dulu. Dengan berpegang kepada perspektif bahwa gejala kesepian ini merupakan yang mengawali munculnya gejala depresi lain, sehingga kalau gejala kesepian ini bisa diatasi dengan baik, maka gejala lain juga mungkin bakal ikut membaik juga.

banyak tantangan dialami oleh anggota keluarga para lansia yang depresi lantaran kematian pasangannya. Sekadar menghibur paling sering dirasakan tak pass dikarenakan depresi terkait duka cita ini teramat kemungkinan mempunyai wajah yang unik di bandingkan dengan penyebab lain.

Tetapi, di sudut lain, para anggota keluarga juga tak tahu persis aksi yang lebih sesuai sasaran untuk dilakukan. Tak jarang hasilnya penanganan cuma difokuskan buat mengalihkan rasa duka saja, tapi tak buat mengatasi depresinya dengan cara komprehensif.

Dengan berkaca terhadap hasil penelitian tadi, maka berfokus terhadap penanganan perasaan kesepian bakal jadi pilihan yang lebih pas sasaran. Wujud konkretnya antara lain berupa menemani dengan cara bergantian & menggandeng berbicara secara teratur.

Cara-cara ini dapat menciptakan lansia yang ditinggalkan jadi lebih terbiasa dengan keadaan ditinggal pasangannya, & mempelajari serta menerima bahwa kebersamaan dengan pasangan digantikan oleh kebersamaan dengan anggota keluarga lain. Buat lansia yang masih mampu aktif dengan cara fisik, membuatkan konsep aktivitas bisa pula jadi alternatif lain buat menghadapi keadaan ini.

Sedapat kemungkinan mereka dilibatkan dalam aktivitas teratur juga sebagai alat menghabiskan waktu, & dapat lebih baik kalau gerakan tersebut dilakukan dengan orang lain, contohnya gerakan yang diselenggarakan oleh perkumpulan lansia di wilayah seputar tempat tinggal mereka.

Kebersamaan dengan orang lain & merasa jadi bagian dari sebuah group bakal mengalahkan kesepian untuk jangka pendek & jangka panjang. Pada dasarnya, pendekatan lain juga terbuka buat dilakukan, selagi berfokus kepada upaya mengatasi rasa kesepian yang mereka rasakan.

Selama waktu proses pemulihan dari depresi, anggota keluarga butuh mengawasi & memastikan bahwa lansia yang ditinggalkan merasa nyaman dengan pertolongan & perhatian yang diberikan pada mereka.

Proses ini bisa saja tak mudah & membutuhkan kesabaran dari berbagai pihak, tetapi niscaya bakal amat menolong lansia yang kehilangan pasangan terhindar dari depresi yang berlarut-larut sepeninggal pasangannya.