3 April 2015

Meningoensefalitis Yang Mematikan

Meningoensefalitis Yang Mematikan
Penyakit meningitis atau radang pada selaput otak jadi bahan pembicaraan publik, termasuk juga media massa, dalam sepekan terakhir. Ini sebab berpulangnya Olga Syahputra, Jumat (27/3), disertai informasi salah satu presenter kondang tv itu pada awal mulanya menderita meningitis. Tetapi, meningitis cuma satu bagian dari radang otak. Ada juga radang otak lain, dengan nama ensefalitis.

”Sangat jarang orang cuma menderita meningitis, sebab posisi selaput dengan otak amat dekat,” tutur Mursyid Bustami, Direktur Utama Rumah Sakit Pusat Otak Nasional. Sebab itu, sebutan yang lebih sesuai ialah meningoensefalitis.

Meningoensefalitis terbentuk dari tiga kata bahasa Yunani : menix (membran atau selaput), enkephalos (otak), & akhiran itis yang dalam bahasa medis berarti radang. Jikalau dipisahkan, meningitis berarti radang pada selaput otak & ensefalitis yaitu radang pada organ otak. Penyebabnya bermacam macam, di antaranya bakteri, virus, & jamur.

Pusat Pengendalian & Prevensi Penyakit (CDC) Amerika Serikat mencatat, Neiserria meningitidis yaitu merupakan salah satu bakteri utama penyebab meningitis akibat bakteri ini. Di dunia, meningitis akibat jenis bakteri itu terbanyak terjadi di kawasan sub-sahara Afrika, dikenal juga sebagai ”sabuk meningitis”. Daerah endemis tinggi ini terbentang dari Senegal ke Etiopia, rata rata terjadi pada saat masa kering (tingkat insidensi 10-100 kasus per 100.000 komunitas).

Sayang, Indonesia belum miliki data tahunan terkait infeksi itu. Jumlah kasus sempat tinggi pada tahun 1980-an, lalu menurun seiring pertumbuhan ekonomi penduduk.

Akibatnya, penyakit itu kurang mendapat perhatian serius. Tapi, belakangan ini kasus meningoensefalitis kembali muncul. Menurut Mursyid, itu bisa jadi akibat kian banyak kasus kuman tuberkulosis resisten obat & meningkatnya penyakit terkait daya tahan tubuh seperti HIV/AIDS.

Dengan Cara umum, gejala meningitis berupa demam, nyeri kepala, nyeri otot, lemas, & kaku kuduk. Penderita mungkin telah terkena ensefalitis seandainya ada penambahan gejala berupa menurunnya kesadaran. ”Jika terjadi lebih berat dari itu, bisa saja kritis,” ucap Mursyid.

Ada juga beberapa gejala berlainan akibat ensefalitis menyerang bagian otak berbeda. Contohnya, infeksi menyangkut bagian otak untuk mengoordinasikan gerak kaki & tangan bagian sebelah, gejala yang muncul bisa juga lemahnya bagian badan sebelah seperti penderita stroke. Apabila terkena bagian pengatur kekuatan kognitif, dapat menurunkan kemampuan berpikir.

Mursyid menuturkan, ada dua type meningoensefalitis, yaitu akut & kronis. Meningoensefalitis akut datang tiba-tiba akibat virus & bakteri, contohnya bakteri N meningitidis, Streptococcus pneumoniae, dan Listeria monocytogenes.

Buat yang kronis atau menahun, penyebabnya antara lain kuman seperti kuman tuberkulosis & parasit Toksoplasma gondii. Jumlah kasus yang akut & kronis nyaris sama, namun di Indonesia lebih umum meningoensefalitis kronis.

Susah menular

Pengobatan utama pasien meningoensefalitis ialah pemberian antibiotik. Tipe antibiotik yang diberikan & lama terapi tergantung dari mikroorganisme penyebab infeksi. Contohnya, infeksi dikarenakan kuman TB, antibiotik juga untuk terapi TB pada paru-paru, dipilih yang dapat menembus sel pertahanan otak.

Karena itu, dokter harus tahu mikroorganisme penyebab meningoensefalitis terhadap pasien biar dapat pilih antibiotik yang sesuai. Caranya, mengambil cairan otak melalui sumsum tulang belakang.

”Penyakit ini susah menular. Tapi, sekali kena, mungkin kematiannya sangat tinggi,” kata Mursyid. Alasannya, karena system pertahanan otak hebat. Selaput otak tergolong bagian dari system pertahanan itu. Ada pula sawar darah otak (blood brain barrier). System itu berfungsi melindungi otak, termasuk juga dari cedera & infeksi.

hal tersebut membuat mikroorganisme pemicu meningoensefalitis susah mencapai otak. Tetapi, masihlah ada kuman atau virus ”bandel” & tidak bisa ditahan system itu. Bila mikroorganisme itu dapat mencapai otak, pengobatan jadi susah lantaran harus mencari antibiotik spesifik yang juga mampu menembus pertahanan otak.

Akibatnya, dokter mesti berikan dosis antibiotik lebih tinggi bagi terapi infeksi pada otak di bandingkan pada infeksi bagian lain. Kadang, bisa 3-4 kali di bandingkan infeksi di bagian badan yang lain. ”Ini terjadi karena kekuatan obat untuk menembus pertahanan otak minim, ada yang 15 %, ada yang 20 %,” papar Mursyid.

Pengobatan juga lebih lama di bandingkan penyakit biasa. Misalnya, pasien TB mesti konsumsi obat tanpa putus selama enam bulan, sedangkan pasien meningoensefalitis yang disebabkanTB mengkonsumsi obat sama tanpa putus selama 9-12 bulan.

Factor lain yang menyebabkan infeksi itu miliki tingkat kematian tinggi yaitu bagian vital otak terdesak apabila ada bengkak. Bila mendesak bagian batang otak, fungsi badan berhenti, termasuk juga fungsi bernapas.

Dokter spesialis penyakit dalam dari Divisi Alergi Imunologi Klinik Rumah Sakit Umum Pusat Cipto Mangunkusumo, Iris Rengganis, mengemukakan, telah ada vaksin untuk mengurangi risiko tertular meningoensefalitis. Vaksin itu husus untuk meningoensefalitis meningokokus yang disebabkan N meningitidis.

Efektivitas vaksin itu 80-90 %, bergantung terhadap keadaan daya tahan penerima vaksin. Jemaah haji dan umrah yang bakal berangkat ke Arab Saudi wajib mendapat vaksin itu paling lambat dua minggu sebelum pergi.

Mursyid menyambung, pencegahan utama ialah menjalankan pola hidup sehat & tinggal di lingkungan sehat demi menjaga daya tahan tubuh.